Rabu, 11 Mei 2016

Hujan III

image via: unsplash.com


lubuk hujan
basah dan mengendap
dari renungan sore yang belum terjawab
sesekali menyekanya dengan tawa dan diam

lembayung memanjat dimensi imaji
bila gelap tiba, temaram lilinlah yang memelukku
dalam rengkuh yang hangat
dan simpul renungan vertikal

tentang takdir dan bilah pedang
adalah persamaan dalam tajamnya kenyataan
ketika bilah membelah kemudian terpencar
atau membelah mendungnya hati mencari secercah mentari

kata-kata dan aksara menjadi rintik gerimis
mengiringi jerebu senyap yang menderu
mengiringi dikau yang merayap hilang
di sudut jalan bernama persimpangan

Selasa, 03 Mei 2016

Jejak Jingga

image via: jinggasisenja.wordpress.com


jejak jejak nestapamu
tertinggal dalam bisu
aku tak mau tau
tapi batinku menderu

kenapa kamu
dari rasa lalu
dari sayatan sembilu
aku tak mau tau

tapi kata dan aksara bertahta padamu
pergi kau cepat pergi
pelupuk asa telah mati
biarlah tergali lubuk sepi

sembari mematri hati memadu rusuk
bukan belati menusuk
kita hanya jerebu kalbu
dari bocah yang baru mengecap madu

sendu bukan lagi dirimu diriku
kini ia adalah jingga dalam senja
bersandar pada ufuk sebuah tanya
di mana jejak jinggamu kini adinda?