Minggu, 30 Agustus 2015

Purnama






Pada suatu purnama...
Kilas balik panorama sederhana akan sebuah tawa majemuk
Asyik masyuk menebar jala berharap bahagia itu terperangkap
Lirik klasik jeda senda gurau jadi tembang hingga suara parau

Gelas hangat berkafein sudah berembun
Lupa bahwa itu itu juga kawan serumpun
Pekat buka indikator hebat
Apalagi simbol helat

Spontanitas acap kali terlintas
Bahkan dari pelantun nada yang terdengar tak tau rimbanya
Ruang yang seharusnya lebih skeptis dan kritis
Ternyata hanya menggeliat saat memanjat gelas sesaat kemudian lepas

Dengarkan, ada lantunan pelan
Perlahan lamban tanpa sadar saat raga bertambah muatan
Sempat menarik jala ternyata tiada
Meskipun sadar terpencar tetaplah berpendar

Rindu Komedi Berkualitas





Well, dari pembahasan kali ini masih berupa soft content yang tentunya tetap kompeten dan many sides with many opinions. Konten menarik yang jadi sorotan utama time traveler di blog ini mengenai komedi Indonesia. Menikmati sajian komedi di media seakan jadi solusi instant buat mereka yang ingin 'terhibur' di akhir pekan atau liburan. Untuk jenis konten komedi bermacam-macam mengikuti perkembangan zaman. Tipe atau acara apa yang kalian sukai? Seberapa besar pengaruh tayangan komedi mempengaruhi selera humor kita ?

Konten Komedi Masa Kini

Dari obrolan bermanfaat di suatu acara, berkumpul beberapa public figure, termasuk di antaranya Melaney Ricardo dan Aming, rasanya masyarakat secara overall mengenal mereka. Tetapi bukan seluk beluk hidup mereka yang kita bahas, tapi beberapa kutipan tentang perspektif bagaimana konten komedi yang berkualitas.

Mengutip sedikit obrolan mereka tentang konten komedi masa kini, Melaney Ricardo menyampaikan sesuatu pembahasan yang menjadikan sinyal penanda bagi kita akan minimnya konten komedi berkualitas yang dikonsumsi masyarakat saat ini. "Salah satu yang buat saya kangen saat ini adalah komedi yang tidak mengeksploitasi kekerasan atau bullying," tutur Melaney.

Aming pun mengomentari  konten komedi boleh saja menggunakan hal tersebut sebagai aksentuasi, tetapi bukan sebagai tradisi yang mendominasi dan bersifat masiv. Karena secara tidak langsung lama kelamaan akan memperngaruhi selera pasar dan kualitas tayangan komedi. Khawatirnya lagi, dalam jangka waktu yang cukup lama mempengaruhi selera humor masyarakat, bahwa dengan mengekploitasi dan mempertunkukkan kekerasan (sekalipun dengan properti yang tidak berbahaya) laris jadi bahan tertawaan. Sebuah ironi jika terus terjadi.

Legenda Komedian Bisa Jadi Teladan

Apabila merujuk dari masa ke masa, Wakop DKI memang pantas jadi teladan bagi komedian masa depan. Mereka mengajarkan bagaimana tayangan komedi tetap lucu dan ringan tanpa harus mengekploitasi kekerasan sebagai lelucon. Mereka punya citra eksklusif dan humornya tidak lekang dimakan zaman serta jauh dari kesan membosankan. Terbukti, banyak aksi dari film yang mereka perankan, tercipta dari aksi spontanitas justru sangat menghibur. Grup komedi yang beranggotakan Dono, Kasino dan Indro ini berkarya bukan sekedar tuntutan pasar, tetapi didasari kreatifitas dari ikatan batin kekerabatan dan persaudaraan yang saat ini biasa disebut chemistry sehingga nampak 'alami'.

Sedangkan untuk saat ini, evolusi komedi ada pada Stand Up Comedy. Komedi yang didominasi monolog seseorang ini berisi kritikan atau lelucon keseharian yang sering kita tidak sadari dan dikemas menjadi hal lucu tersendiri. Ini dapat menjadi salah satu referensi dari banyaknya sajian komedi.

Bagaimanapun juga, patut kita apresiasi sebesar-besarnya usaha dan setiap karya para komedian dalam mewarnai hari-hari penikmatnya, sekalipun kualitas dari konten juga perlu yang kompeten, buka sekedar bullying atau verbal violence. Serta perlunya filterisasi dari pribadi atas berbagai 'sajian' hiburan. Karena komedi seharusnya juga mampu mengedukasi dan 'berisi'. Maju terus karya komedian Indonesia.

Sabtu, 29 Agustus 2015

Chauvinisme





Tertegun...
Tentang  sesuatu yang baharu itu
Kesenjangan yang disebut kemenangan pongah sang tuan-tuan
Melawan tafsir Tuhan

Tak perlu ada yang dibanggakan
Atas apa yang dinisbatkan
Sudah berkali-kali diingatkan
Betapa bencana tak kenal status bahkan untuk yang mapan

Apalah kidungku yang terlampir ini
Cuma sekedar pengantar mimpi kalian ini
Tetapi harus ada yang membelah celah
Akan sesuatu yang disebut jengah

Beton vertikal yang bertolak pinggang
Seakan lupa tentang pemilik baju kecil lusuh yang hampir hilang
Harus mencari hangatnya lantai
Dan atap yang tak harus dipindai

Syair yang Terlambat Lahir



























Deru waktu terus memacu
Tanya para utopis menggerogoti realistis
Tak bisa seperti itu
Ini bukan Atlantis

Ada penjelajah waktu
Yang suatu saat akan memberitahumu
Tentang dimensi yang pernah tercipta
Dan dibentuk dari sekat-sekat asa

Tentang pecahan aspal panas mengajarkan
Sampai lumuri tubuh dengan darah dan nanah
Panorama fatamorgana menari-nari di kejauhan
Dan puan-puan dan tuan-tuan yang menertawakan

Berbalik badanlah kemudian melawan arus
Walau badan harus tergerus
Karena sudah tau di akhir
Inilah syair yang terlambat lahir

Jumat, 28 Agustus 2015

Apresiasi Musikalitas Musisi




Setelah beberapa pembahasan sebelumnya mengenai keadaan politik dan dinamika kenegaraan Indonesia, saatnya kita lirik materi menarik lainnya yang lebih soft. Yap, mengenai apresiasi musik di Indonesia. Musik jadi bahasa universal dari mengekpresikan jiwa serta keadaan emosional setiap insan manusia. Musik juga menjadi sarana pemersatu yang sederhana, bahkan jadi semacam terapi menghadapi keadaan dunia yang terkadang membuat penat ini.

Totalitas Musikalitas

Sejauh mana kita mengapresiasi musik Indonesia, apakah dengan membeli karyanya atau menyambangi serta menikmati pertunjukan atau konser musiknya? sepertinya dua hal tadi jadi hal yang langka saat ini bagi penikmatnya. Padahal, musik merupakan produk kreatif yang seharusnya mendapat apreasiasi tertinggi atas proses kontemplasi dan harominasi komposisi nada yang musisi ramu  dengan cara yang berbeda dan luar biasa.

Revolusi mental yang selama ini digadang-gadang bahkan ada dalam program pemerintah seharusnya direalisasikan, salah satunya dalam musik. Mengapresiasi musik negeri kita dalam hal ini bukan berkonsentrasi pada materi, tetapi moralitas dan integritas. salah satu hal sederhana yang sampai saat ini masih sulit dihilangkan yaitu, piracy atau pembajakan. Dengan mudahnya kita 'mengkonsumsi' musik saat ini dengan berbagai metode yang sekarang kita sebut free download

Musisi sekaligus komposer senior Yovie Widianto pun angkat bicara dalam pambahasan ini. Menurutnya, seharusnya masyarakat berterimakasih atas karya musik yang diciptakan musisi, sehingga mampu mengubah suasana hati, berimajinasi atau bahkan membuat perasaan jadi lebih baik. Salah satunya dengan membeli produk 'fisik' aslinya atau bahkan hadir dalam pertunjukan musik atau konsernya.

Manners before Knowledge

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia, Triwan Munaf menilai ada yang salah dengan budaya dari penikmat musik di Indonesia jika terus diberikan secara gratis. Menurut Triwan, bagaimanapun juga seagala sesuatu pemberian, apalagi terhadap suatu karya yang jika diberikan terus menerus secara gratis, berdampak terhadap berkurangnya effort masyarakat terhadap apresiasi karya musisi itu sendiri.

Lain lagi dengan Ketua Persatuan Artis Penyanyi,Pencita Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) dan Anggota DPR Tantowi Yahya menyayangkan sistem dan kondisi pasar industri kreatif musik di Indonesia. Kritisi soal kuntinyuitas jangka panjang royalti terhadap musisi Indonesia bahkan durasi munculnya musisi di layar kaca yang tidak terkontrol. "Perlu kita ketahui saat Michael Jackson booming, dia sangat jarang bahkan hampir tidak pernah muncul di televisi. Dia (Michael Jackson) baru muncul di depan publik penggemarnya saat konser atau tour antar kota, itu yang menjadikan dirinya sebagai sosok yang dinantikan," tutur Tantowi.

Tantowi menambahkan, ini berbeda dengan zaman sekarang di Indonesia, dimana penampilan musisinya dengan mudah dapat dilihat dan nikmati di layar kaca secara rutin dan berkala, bahkan di stasiun televisi yang berbeda. Hal tersebut dapat memunculkan rasa bosan, jadi tidak heran prediksi 'umur pendek' bagi kepopularitasan musisi kekinian menjadi rentan, walalupun pada awalnya 'heboh' jadi pembicaraan.

Konduktor terkenal, Adi MS, mengometari budaya Indonesia yang 'seperti itu' bisa dirubah. "Tidak salah jika manners before knowledge itu penting," kata Adi MS. Karena hakikatnya memang sopan santun atau etika yang baik akan menuntun ilmu pengetahuan yang kita miliki ke arah yang lebih baik pastinya, dalam hal ini termasuk mengapresiasi karya musisi anak negeri. Semoga saja lembaga kreatif seperti Bekraf RI, PAPPRI bersama instansi terkait lainnya mulai dari pemerintah, swasta dan masyarakatnya mampu bersinergi dalam mempersatukan harmonisasi simfoni musik untuk satu negeri, Indonesia.

Kamis, 27 Agustus 2015

Kontemplasi





Ketika dialog ini membeku oleh waktu
Membagi ruang dimensi berbisik sesuatu
Tentang suatu masa yang berada ditepian
Menunggu menunju kotak kemudian dipeti eskan

Memang bisa? Kita siapa? Bukan.. bukan kita..
Ini aku...aku yang pernah bermain dan menari bersama cepatnya deru waktu
Terlalu cepat kadang terjerambab, tersungkur, atau terpelanting
Ini bukan pertunjukan sirkus

Sadarkah terlalu cepat waktu membuat semuanya melambat
Bicara apa aku ini...
Ini bukan soal relativitas
Ini soal aktifitas dari makhluk yang bernafas

Tentang sesuatu.. ya sesuatu yang pernah mengajarkan aku tentang sebuah kosakata sederhana
Mungkin saat itu aku terlalu dalam memahaminya
Hingga purnama seakan enggan pergi dari peraduannya
Bertanya pada diriku yang terlalu skeptis akan sebuah kosakata sederhana

Lalu bagaimana dengan dialog yang beku dan kosakata itu?
Kini dia bahkan menguap sebelum sempat melihatnya mencair
Bagaimana bisa, bukankah dialog itu punya simpul yang juga sederhana
Ya, sesederhana itu dia menguap

Sedangkan kosakata itu, berusaha melawan waktu
Waktu itu konstan dan dinamis
Sudah... sudah.. sekarang bagaimana dengan dialog yang mengajarkan kosakata itu?
Bukan dialog yang mengajarkanku, dia ada setelah kosakata ada

Lalu?
Ya lalu terciptalah ini
Apa yang tercipta dan siapa yang mengajarkan kosakata?
Tercipta syair baru dari si pengajar kosakata itu, ya dia kusebut endapan kalbu

Tidak mencair..
Tidak menguap...
Tetap ada..
Dalam dimensi dan jenis yang berbeda

Dan itu akan kembali seperti semula pada waktu tepat

Senin, 24 Agustus 2015

Kemana Nurani



Dari bilik kecil pupil ini menyempil
Presentasi diorama miniatur ambisi
Sebuah siluet yang mereka sebut para wakil
Perjuangan bukan soal narasi basa basi
Realisasi dari sebuah empati, buka dari kata tapi hati

Rasanya pupil itu telah keluar dan merobek biliknya
Karena senja renta dibuli bak durjana
Bukan maksud menjadi neraca
Tak usah mengiba seperti itu

Bukankah kita hanyalah buih di hamparan lautan
Tak perlu menisbatkan diri jadi sang tuan
Terhadap mereka yang telah direnggut pagi
Hingga senja yang tak ada lagi pengampunan



Minggu, 23 Agustus 2015

Normalisasi Sungai Ciliwung, Untuk Jakarta yang Bebas Banjir (Bagian Ke - 1)




Pemprov DKI Jakarta dalam misi 'membereskan' tata letak kotanya, menertibkan Kampung Pulo bersama warganya. Proses relokasi warga Kampung Pulo berada di Rusunawa (rumah susun sederhana sewa) Jatinegara Barat Jakarta Timur (Rumah Susun yang disediakan Kementian Pekerjaan Umum untuk disewakan) menempuh proses yang tidak mudah. Hal tersebut disebabkan belum pahamnya warga akan dampak positif dari penertiban wilayah Kampung Pulo yang secara undang-undang masih masuk wilayah sempadan sungai yang seharunya disterilisasi untuk konservasi lingkungan.

Konservasi dan Sterilisasi Wilayah Sempadan Sungai Ciliwung Jadi Konsekuensi

Bagian dari proyek Pemprov DKI Jakarta yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2013 ini demi normaslisasi Sungai Ciliwung, dampak makronya mereduksi banjir sebesar 30% di Jakarta. Apalagi, wilayah ini setiap tahunnya dikenal mendapatkan 'langganan' banjir. Dampak lain dari banyaknya lokasi pemukiman yang terlalu dekat dengan sungai, ditambah budaya membuang sampah di kali meyebabkan penyempitan dan pendangkalan sungai yang memiliki hulu di Gunung Pangrango ini.

Pada hari pertama (20/8) kerusuhan besar-besaran terjadi. Aksi anarki yang tak terelakkan, penolakan besar-besaran warga Kampung Pulo dengan alasan menuntut ganti rugi dan masih betah karena jaminan hidup mereka yang  tidak pasti pasca relokasi di tiga rusunawa yang buka kepemilikan pribadi jadi alasan, Seperti diketahui, akan ada biaya sewa dan peerawatan rusunawa sebesar 300 ribu sebulan. Padahal, menurut pemahaman warga tentang Peraturan Gubernur nomor 193 tahun 2013 sesuai kesepakatan mereka akan mendapatkan 25% ganti rugi dari nilai tanah pasca relokasi.

Sikap penolakan yang ditunjukkan warga sempat membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok geram. Pasalnya fasilitas rusunawa serta dispensasi waktu yang diakui Ahok sangat toleran dalam memberikan tambahan waktu bagi warga Kampung Pulo tinggal dan mekakukan usaha di atas tanah yang statusnya milik negara. Untuk sertifikat tanah yang 'diklaim' warga sebagai tanah legal dan ditandatangani lurah dan instansi pemerintahan lainnya, Ahok menganggap itu lemah dan tak beralasan. Tidak heran jika Ahok enggan memberikan ganti rugi tanah sekalipun sebesar 25%. Selain berbenturan dengan UU, sertifikat tanah tersebut tidak diperkuat dengan kepemilikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). "Tidak ada ganti rugi, karena itu tanah negara," tegas Ahok.

Ahok kembali menambahkan, status tanah tersebut ilegal apabila merujuk Peraturan Pemerintahan No. 38 tahun 2001 tentang wilayah sekitar sungai termasuk Ciliwung memiliki batas 15 meter dari garis sempadan. Karena membangun di tanah yang seharusnya menjadi bagian dari batas konservasi lingkungan serta sumber resapan air. Bercermin dari kejadian tersebut, hal serupa juga terjadi di negara Singapura, kebijakan pemerintahan mereka juga bahkan kontroversi dengan merelokasi warganya secara tegas tanpa menyediakan fasilitas tempat tinggal  bahkan yang sifatnya sementara untuk warganya karena jelas melanggar aturan.

Hari pertama penertiban sangat tidak mudah dan pada akhirnya ditunda karena prosesnya tidak megalami titik damai, mulai dari rusaknya satu alat berat oleh amuk massa, hingga korban luka dari petugas Satpol PP maupun warga hingga  penangkapan 27 warga yang diduga provokator termasuk insiden salah tangkap warga bernama Eko Prasetyo yang sampai saat ini masih ditindak lanjuti oleh kepolisian penyebab pastinya.
























Daya dan Upaya Mereduksi Banjir

Program ini jadi penegasan oleh Ahok karena normalisasi sungai Ciliwung ini juga sesuai dengan program persiapan menghadapi musim penghujan nanti dalam mereduksi banjir. Sebenarnya, pemberitahuan termasuk diskusi dengan warga Kampung Pulo sudah dilakukan sebelumnya, yaitu rencana melakukan penertiban pasca Idul Fitri yang pada akhirnya mendapat dispensasi waktu sampai saat ini.

Melihat fungsi dan sejarahnya sungai Ciliwung yang memiliki fungsi yang cukup sentral pada masanya menjadi miris setelah melewati waktu sampai sekarang ini. Berdasarkan data yang didapat, debit air yang berkurang menjadi 200 meter kubik per detik akibat penumpukan bangunan, warga hingga perilaku budaya warga kurang menjaga lingkungan (buang sampah di sungai). Padahal, sebeumnya debit air mencapai 570 meter kubik per detik. Dengan lebar sungai saat ini mencapai 20 - 30 meter yang sebelumnya mencapai 50 meter.

Memasuki hari kedua hingga ketiga, proses penertiban akhirnya berangsur-angsur berjalan lancar setelah menempuh proses negosiasi dan mediasi anatara kedua belah pihak yang bertikai sebelumnya tentang misi penting dan manfaat dibalik adanya relokasi tersebut. "Pemilik sertifikat tanah asli dari Kampung Pulo akan mendapat kompensasi," tutur Bambang Musyawardan  sebagai Walikota Jakarta Timur. Hal tersebut membuat warga semakin sadar dan tenang berpindah menuju hunian barunya tersebut.  Berkat sikap warga yang kooperatif tersebut, sekitar 20 % wilayah atau sekitar 519 bidang tanah pada hari itu akhirnya berhasil ditertibkan.

Proses penertiban ini rencananya akan terus dilakukan pemerintahan selama tujuh hari atau secepatnya, mengingat musim penghujan yang dikhawatirkan datang terlalu cepat. Selain itu, kerugian yang dialami negara akibat banjir bisa ditekan. Dari data yang didapat, pada 2014 lalu pemerintahan pusat mengalami rugi akibat bencana banjir sekitar 12 triliyun, sedangkan tahun ini kerugian mencapai 5 triliyun.

Sedangkan terkait dengan kerugian penggantian dana pasca relokasi, Kepala Polda Metro Jaya, Irjen Pol. Tito Karnavian mempersilahkan bagi warga kampung Pulo yang memiliki dokumen kepemilikan tanah asli dan rutin membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk mengajukan gugatan secara perdata. Menurut Tito, hal ini jelas akan lebih elegan dan terhormat ketimbang melakukan aksi anarkis yang merugikan.

Memasuki hari ketiga penertiban, sekitar 389 kepala keluarga di Kampung Pulo sudah memesan unit Rusunawa Jatinegara Jakarta Barat untuk ditinggali. Rusunawa ini sendiri memiliki daya tampung sebanyak 520 kepala keluarga. Total kepala keluarga warga Kampung Pulo yang direlokasi sebanyak 926 kepala keluarga.

Dalam rencananya, pemerintahan pusat melakukan normalisasi terhadap dua sungai lainnya, yaitu Sungai Mampang dan Sungai Krukut. Program ini sebenarnya sudah disosialisasikan sekitar satu tahun yang lalu, sedangkan saat ini menunggu untuk dieksekusi setelah sukses menormalisasikan Sungai Ciliwung dan relokasi Kampung Pulo.

Jumat, 21 Agustus 2015

Tentang Kayuhan Dayung di Waktu Malam




Berkecamuk imaji dalam renungan
Saat bayangan yang bahkan segan dan menghilang
Tentang heningnya malam karena frase yang mengembara
Dalam keniscayaan lewat paras sayu di dalam lorong tak berujung

Lewati garis tipis cahaya bulan
Dari lintas kata dan kidung malam yang menyulam kelam
Mengais tanya membulatkan kata
Tentang rasi orion yang jadi pedoman

Ketika friksi tak lagi jadi narasi
Kemana arah jawaban 
Ketika aksi tak lagi menghasilkan reaksi
Dan waktu terus berjalan

Tentang bocah yang bahagia dari remah-remah kehidupan
Tentang dia yang merasakan dua bagian waktu
Termangu saat tau yang ada di depan
Melintas batas atau mengikuti alur itu

Ketika cahaya bulan melewati celah-celah resah 
Bilah kayu yang disusun jadi harapan dimakan zaman
Akan ada simpul senyum yang tersusun cerah
Pada suatu malam dimana angan jadi kenyataan


#Dalam kata yang merajut doa

Kamis, 20 Agustus 2015

Etika Komunikasi


'Gebrakan' Menko Kemaritiman Rizal Ramli baru-baru ini cukup buat pemerintahan pusat geleng-geleng kepala. Diluar segala polemik yang berkembang diluar sana mengenai dirinya, mulai dari mengomentari kebijakan pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesai, usulan pergantian nama kemneterian, hingga kritik mengenai kebijakan pembangun proyek listrik 35 ribu megawatt oleh pemerintahan pusat jadi pembelajaran buat kita. 

Substansi yang terkandung dari setiap komentar yang dikeluarkan beliau memang layak jadi pertimbangan. Tapi, mengambil kesimpulan dari banyak pejabat yang dilibatkan dan berkomentar, alangkah baiknya ide kritis tersebut seharusnya berbarengan dengan etika komunikasi yang baik dan ruang dialektika yang kondusif, seperti di ranah sidang kabinet, agar atmosfer dan kredibilitas negara yang baru saja mengalami pergantian beberapa menko terjaga. Tidak gaduh sendiri dalam lingkungan kabinet. Padahal, negara masih butuh banyak perhatian dan tugas ketimbang saling lempar 'bola panas'.

Bagaimanapun juga, menyampaikan aspirasi yang presisi tentu membutuhkan proses kontemplasi serta menghasilkan solusi pasti yang nantinya agar terealisasi. Semoga ini bagian dari proses dinamika komunikasi politik negeri menuju arah demokrasi yang lebih baik lagi.

Bagi yang belum melihat Rizal Ramli dengan komentarnya, di bawah ini ada kreatifitas tampilan karikaturnya beliau bersama para pejabat lain yang terlibat. Gambar bersumber dari media CNN Indonesia dengan mengutip komentar langsung narasumbernya. Semoga bermanfaat.



Rabu, 19 Agustus 2015

Para Jagoan Masa Depan dari Pinggiran Selatan



Lihat mereka, rona matanya menggeliat penuh semangat akan masa depan yang terlihat, masa depan negeri ini. Ini bukan lagi soal pola pikir pragmatis praktis atau dialektika skeptis para oportunis. Ini tentang asa sederhana anak manusia yang mewujudkan mimpinya di tengah gejolak kaula muda yang acap kali 'matang' di luar waktunya.

Masih adakah momen sederhana penuh canda tawa dari anak manusia yang seharunya punya masa, dimana mereka akhirnya paham dan kenal tentang kearifan lokal? Tertawa dengan bersama waktu, beranjak dewasa seakan lupa bahwa 'ini' ada andil warisan masa lalu?

Mereka yang tertawa lepas, penuh antusias suatu saat menjelma jadi penggagas yang cerdas. Sosok pahlawan yang mereka perlihatkan memang imajinasi dari sebuah peragaan, tapi kita lihat dan doakan ke depan. Mudah-mudahan dari merekalah kita melihat para sosok hebat terdepan, jawaban dari segala harapan. Masih ada ruang yang mengajarkan mereka arti proses pendewasaaan tentang masa depan. Tentang mimpi-mimpi dan ajaran luhur para pahlawan yang kini seakan lekang dimakan zaman.


Terima kasih para jagoan masa depan ....
Kandang Jurank Doank.

Renungan Memperingati Hari Konstitusi






Tentang opini dari fakta yang tersaji....

Kasus suap sengketa Pilkada yang menjerat hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar ternyata menjerat beberapa pemimpin daerah yang melaporkan sengketanya, seperti dilansir dari berbagai berita yang marak beredar di masyarakat.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai 'menyeret' satu demi satu pelaku lain yang terlibat dengan Akil Mochtar. Kasus sengeketa berkaitan dengan Pilkada memang rawan, apalagi kalo ada 'kepentingan lain' dibaliknya seperti ambisi berkuasa para 'tuan'.

Menurut mantan Ketua MK, Machfud MD, sulit untuk membentengi setiap hakim yang bertugas. Memastikan hakim tersebut bebas dugaan kasus suap itu hampir sulit karena menurut beliau setiap hakim di MK bebas berinteraksi di luar sana. Dari situlah celah para pengaju sengketa yang punya kepentingan inilah bisa masuk bernegosiasi dengan hakim MK, apalagi jika moral hakimnya sudah rusak.

Tidak heran pemberitaan terkasit kasus tersebut membuat kepercayaan publik kini berada di titik nadir. Para penegak keadilan mulai dari kepolisian, kejaksaan, mahkamah konstitusi hingga KPK harusnya berkoordinasi menegakkan hukum negara ini.

Melihat kasus suap sengketa pilkada tersebut sudah barang tentu ini jadi pelajaran berharga agar kasus ini tidak lagi buat MK kebobolan. Apalagi akhir tahun nanti bertepatan dengan Pilkada serentak di sembilan provinsi di Indonesia, kemungkinan pelaporan sengketa kepada lembaga hukum yang juga berwenang dalam perombakan UUD ini bisa merepotan dan jelas rawan muncul praktik 'main belakang'. Semoga saja tidak.

Rasanya tugas KPK masih sangat banyak dan eksistensinya diperlukan. Pidato Megawati pada peringatan hari konstitusi nasional yang mengomentari keberadaan KPK yang sifatnya ad hoc ini dapat dibubarkan jika korupsi sebagai akar masalahnya hilang, sepertinya masih butuh proses. Bagaimana tidak, jika melihat kasus demi kasus ini terjadi dan menjerat para pemimpin daerah yang merongrong kekuasaan berkedok keadilan (Suap Hakim MK Akil Mochtar).

Permasalahan moral yang disinggung Machfud MD tadi nampaknya memang perlu jadi perhatian serius, atau tindak dan menindak seperti sadap oleh KPK dan badan Intelejen dilakukan demi membuktikannya tindakan kotor tersebut.

Sebagai salah satu lembaga konstitusi terhormat yang berwenang merevisi undang-undang, sudah sepatutnya MK memiliki para hakim terpilih yang berintegritas, bermoral dan bersih, dan baik akhlak kalau tidak mau 'ditindak'. Semoga ini jadi kasus terakhir dari rumitnya praktik suap uang yang mengoyak kredibilitas konstitusi negeri ini.

Selasa, 18 Agustus 2015

Ruang Diskusi dan Empati Negeri Ini



Ini merupakan tulisan opini, masih dalam suasana kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70.

Cukup uzur untuk sebuah umur. Apa yang terbersit dalam benak kita soal negeri ini? ambisi, harapan, optimisme, pesimisme atau malahan sinisme dan ironi? Negeri ini bukan soal mengenyam ekspektasi kemudian tanpa aksi.

Problematika tak akan menjadi angkara hanya risau ditelan masing-masing. 70 tahun sudah tidak muda lagi, menghargai jasa para pahlawan bukan slogan yang diulang layaknya iklan layanan masyarakat saja lalu menguapa mengecap di lidah. Itu punya esensi dari empunya, sang proklamator dan inspirator.

Masyarakat harus sabar mengahadapi cobaan saat ini dengan segala retorika dan rencana. Mungkin kita sebagai rakyat juga lebih insiatif untuk cerdas, kritis, skeptis, inovatif, kreatif dan toleran soal pemerataan negeri. Pemerataan di negeri ini masih menembus sektor yang seakan punya banyak tangan, tangan yang di atas, di bawah atau merogoh sang empunya tangan yang di atas dan dibawah.

Mereka yang di daerah perbatasan rela seadanya, atas nama patriotisme dan nasionalisme mereka tersenyum optimis. Belum lagi tawaran kewarganegaraan yang datang dari negara tetangga yang menawarkan fasilitas yang menguji nasionalisme mereka. Sedangkan kita yang berada di sini, mungkin diberikan pilihan dan keadaan yang berbeda. Kesetiaan itu bagaimanapun tak ternilai harganya.

Drug Trafficking yang berbahaya masih lebih kalah miris lagi dengan kasus Human Trafficking, Ironis ya, manusia bisa diniagakan bukan jasanya,bukan barangnya, uang jadi motivasinya. Jangankan itu, kepercayaan saja jadi semacam barang laris. Sinis? bukan, ini data yang dihimpun yang semakin buat kita miris. Belum lagi korupsi di semua lini yang buat rakyat apatis, seakan penyakit kronis yang tidak habis-habis.

Isu hajat hidup orang banyak dari bahan pokok yang disulap oleh mafia yang mengharusankan namanya istilah impor saja jadi ramai saat ini. Apalagi isu waktu pengelolaan peti kemas yang seolah menyimpan tambang emas, ini bukan soal freeport kan? Belum lagi isu kepercayaan yang merebak di Timur sana dengan segala rumitnya aset berharga beserta potensi negaranya. Masih ada lagi? ya ini bagian kecil ironi negeri ini.

Optimisme, ada, mereka yang tidak pernah lelah berusaha mengalahkan segala hal negatif yang muncul. Hidup selalu diberikan pilihan termasuk untuk melakukan sesuatu berdasarkan maksud dan motifnyanya hidup, sekedar 'kenyang' jasmani atau mencoba memahami esensi hiduip ini tentang tujuan manusia ada di sini, di tanah negeri ini.

Mereka yang tak kenal lelah menjadi relawan di berbagai bidang tanpa pamrih, bahkan pada mereka yang bahkan belum tau gunanya uang itu apa. Mereka menyelipkan doa untuk mereka, khususnya yang muda agar terus mencari setitik cahaya meski temaram dan dari celah sempit. Mudah-mudahan juga masih ada para pemimpin revolusionar yang jadi salmon, melawan arus dari lingkaran durjana negeri ini. Mereka yang cerdas dan paham liku dan melawan intrik politik, sudah saatnya ada birokrat hebat yang tak hanya sekedar nekat tapi punya visi, misi dan tekad.

Kita butuh seorang inovator yang mampu 'menyulap' benang kusut ini jadi seperti semula, tau masalah global bukan sekedar jual janji gombal. Bukan sekedar tau kerja tapi tau mau ke mana arah negara bersama rakyatnya. Para pion dan bidak lainnya harus siap punya gerakan harmonis dan tak pesimis, optimis, itu yang sering didengungkan dan jadi harapan. Semoga sinisme dan kepercayaan publik yang berkurang antara rakyat dan para pemimpinnya mereda agar segera membangun bersama.

Senin, 17 Agustus 2015

Untuk Sore yang Merona






Ruang diskusi egaliter yang seharusnya terisi oleh imajiner para revolusioner
Kini pulas lemas oleh titah ego
Asik menelusik ruang privasi terusik
Bukan itu...

Hubble bilang semesta mengembang
Lalu kemana insan cendekia yang seharusnya ada diantara sulaman kesucian dan keberanian itu
Bukan menguap atau menghilang
Konsolidasi ini bukan interaksi kemudian anarki tapi teori big bang yang mencipta semesta baru

Sinar temaram anak-anak yang awalnya muram
Dibasuh peluh dipeluk angan merasuk jiwa
Lelap sejenak kemudian terbelalak melawan redam
Melaju menjadi rona khatulistiwa



#Merajut asa meraih cita

Meningkatkan Pemahaman Kosakata Bahasa Indonesia




Yup ini blog pertama sekaligus postingan pertama gua (horayyy !!) masih keliatan cupu ya? no problemo, saya di sini cuma mau berbagi tentang sedikit hal yang saya pelajari, mudah-mudahan bermanfaat guys :D

Tanpa kita sadari lalu lintas kata demi kata sering kali terdengar di telinga kita tanpa kita ketahui makna yang sebenarnya, terutama soal pembahasan yang agak berbobot (hayoo!!) Kalo kita mau sedikit kepo soal bahas kita, masih banyak yang perlu kita telaah soal perbendaharaan kosakata bahasa kita (Indonesia).

Well, ini sedikit tips berdasarkan pengalaman pribadi yang sederhana biar tulisan kita lebih komprehensif (duilee), berbobot dan menambah khazanah bacaan kitan jadi kita kita ga keliatan sotoy saat menyebutkan kata tersebut alias asbun tanpa tau esensi alias makna inti dari kata tersebut.
Check This Out:

1. Rajin Baca


Udah pasti kalo perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia kita mau bertambah ya harus baca guys. Minimal, kita punya minat baca sekaligus nambah pengetahuan kita biar tulisan kita dan rangkaian kata-katanya yang disebutkan lebih berbobot.

2. Pilih Bahan Bacaan yang Sesuai dengan Minat Kita


Ini soal minat sih, tapi ga ada salahnya baca isu-isu yang lagi berkembang dan yang terpenting menyertakan referensi sumber bacaan yang kompeten terkait hal itu, jangan lupa juga narasumber dari pakarnya yaa biar lebih joss.

3. Teliti



Harus cermat setiap nemuin kata yang sekiranya kita belum tahu artinya. Selain mencermati makna dan gagasan utama dari tulisan, mulai dari tiap paragraf sampai keseluruhan tulisan, kita juga perlu cari tau arti kata yang kita ga tau artinya biar sinkron.

4. Kepo 




Eiittsss, jangan mikir yang gimana dulu ya. Kepo di sini  maksudnya pengen tahu dalam hal positif, mendingan kita kepoin ilmu pengetahuan termasuk makna dibalik kosakata yang belum kita tahu lho guys, dijamin ga rugi dan untung banget malah. Motivasi kepo ini agar kita selalu pengen tahu arti kata itu dan berusaha negdapetinnya.

5. Gunain Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)