Kamis, 27 Agustus 2015

Kontemplasi





Ketika dialog ini membeku oleh waktu
Membagi ruang dimensi berbisik sesuatu
Tentang suatu masa yang berada ditepian
Menunggu menunju kotak kemudian dipeti eskan

Memang bisa? Kita siapa? Bukan.. bukan kita..
Ini aku...aku yang pernah bermain dan menari bersama cepatnya deru waktu
Terlalu cepat kadang terjerambab, tersungkur, atau terpelanting
Ini bukan pertunjukan sirkus

Sadarkah terlalu cepat waktu membuat semuanya melambat
Bicara apa aku ini...
Ini bukan soal relativitas
Ini soal aktifitas dari makhluk yang bernafas

Tentang sesuatu.. ya sesuatu yang pernah mengajarkan aku tentang sebuah kosakata sederhana
Mungkin saat itu aku terlalu dalam memahaminya
Hingga purnama seakan enggan pergi dari peraduannya
Bertanya pada diriku yang terlalu skeptis akan sebuah kosakata sederhana

Lalu bagaimana dengan dialog yang beku dan kosakata itu?
Kini dia bahkan menguap sebelum sempat melihatnya mencair
Bagaimana bisa, bukankah dialog itu punya simpul yang juga sederhana
Ya, sesederhana itu dia menguap

Sedangkan kosakata itu, berusaha melawan waktu
Waktu itu konstan dan dinamis
Sudah... sudah.. sekarang bagaimana dengan dialog yang mengajarkan kosakata itu?
Bukan dialog yang mengajarkanku, dia ada setelah kosakata ada

Lalu?
Ya lalu terciptalah ini
Apa yang tercipta dan siapa yang mengajarkan kosakata?
Tercipta syair baru dari si pengajar kosakata itu, ya dia kusebut endapan kalbu

Tidak mencair..
Tidak menguap...
Tetap ada..
Dalam dimensi dan jenis yang berbeda

Dan itu akan kembali seperti semula pada waktu tepat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar