image via: unsplash.com |
lubuk hujan
basah dan mengendap
dari renungan sore yang belum terjawab
sesekali menyekanya dengan tawa dan diam
lembayung memanjat dimensi imaji
bila gelap tiba, temaram lilinlah yang memelukku
dalam rengkuh yang hangat
dan simpul renungan vertikal
tentang takdir dan bilah pedang
adalah persamaan dalam tajamnya kenyataan
ketika bilah membelah kemudian terpencar
atau membelah mendungnya hati mencari secercah mentari
kata-kata dan aksara menjadi rintik gerimis
mengiringi jerebu senyap yang menderu
mengiringi dikau yang merayap hilang
di sudut jalan bernama persimpangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar