Image via: katalogwisata.com |
Kenikmatan ragam sajian kuliner Indonesia tak hanya
ada pada rasanya saja, tetapi juga dari berbagai cara menyantapnya.
Indonesia punya cara tersendiri dalam menunjukkannya yaitu melalui budaya makan
lesehan.
Merujuk pada sebuah buku yang berjudul ’Asia Tenggara
Era Perdagangan’ karya Anthony Reid, dalam kurun waktu 1450 sampai 1680 budaya
makan lesehan memang mengakar dari budaya Asia. Tradisi ini juga kemudian
tersebar ke Asia bagian Tenggara termasuk ke Indonesia.
Buku tersebut juga mengatakan bahwa terdapat
hubungan erat antara tradisi kegemaran makan dan berpesta dari orang Asia
Tenggara. Sebab itulah masyarakat Asia Tenggara mendapat julukan Homo
Luden’s (orang yang gemar berpesta).
Kebiasaan tersebut kemudian diwujudkan dalam berbagai
ritual seperti pesta perkawinan, agama, adat atau rasa syukur terhadap Tuhan
atas hasil alam yang kaya.
Indonesia yang termasuk bagian dari Asia Tenggara
menjadikan momen makan lesehan sebagai wujud kebersamaan dan kesederhanaan,
salah satunya bisa dilihat dari bangunan rumah sederhana
yang dikerjakan dalam waktu yang singkat melalui sistem gotong
royongnya.
Kebersamaan itulah yang membawa budaya makan
lesehan juga menjadi bagian ciri khas di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Lesehan sendiri dikenal sebagai budaya yang terkait
dengan jual-beli makanan atau sesuatu barang sembari duduk di tikar atau
lantai. Budaya makan secara lesehan di Indonesia tidak lepas dari andil
beberapa kota yang kental akan tradisi, salah satunya Kota Yogyakarta.
Beragam sajian kuliner dengan tradisi lesehan mudah
sekali ditemui mulai sore atau malam hari. Untuk daerah Yogyakarta, warung
lesehan yang dapat kita sambangi biasanya menghadirkan menu pecel lele, burung
dara goreng, ayam goreng, ikan bakar, ikan goreng, soto, sate jeroan, nasi
goreng hingga mie goreng.
Seperti dikutip dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Yogyakarta, pemegang julukan kota pelajar ini menawarkan suasana khas daerahnya
dalam satu paket wisata kuliner. Salah satunya rekomendasinya berada di Jalan
Malioboro yang bernama Lesehan Malioboro.
Suasana malam hari Malioboro dihiasi dengan
aneka kuliner khas Yogyakarta seperti gudheg, krecek hingga seafood.
Belum cukup sampai di situ, telinga para pengunjung juga akan dimanjakan oleh
para seniman jalanan kota Yogyakarta yang rutin menghibur wisatawan yang
singgah.
Lalu lintas kuliner di Malioboro juga diramaikan oleh
angkringan khas Yogyakarta yang menawarkan harga jauh lebih ramah bagi kocek
pengunjungnya.
Seiring berjalannya waktu dan dinamika perpindahan
penduduk seperti urbanisasi, tradisi makan lesehan yang menjadi bagian dari
kearifan lokal ini mulai tersebar ke berbagai daerah hingga menjadi tradisi
kuliner khas Nusantara.
Jakarta, sebagai kota metropolitan yang dikenal
sebagai akulturasi dari beragam budaya juga mengadopsi budaya lesehan
Yogyakarta. Ragam kuliner lesehan di Jakarta menyajikan beragam lauk pauk khas
berbagai daerah lengkap dengan panorama padatnya aktivitas khas ibukota.
Wilayah Blok M Jakarta Selatan adalah salah satu
tempat makan lesehan yang sangat digandrungi dan kerap dijadikan rekomendasi.
Pengunjung akan dijejali jajaran warung makan lesehan
dengan beragam penjual sepanjang seratus meter. Lauk pauk seperti gulai ikan,
sate paru, cumi goreng, udang goreng, ikan, pecel, urap, hingga sayur-sayuran
menjadi menu lazim yang akan pengunjung temui.
Serupa dengan di Yogyakarta, makan lesehan di Jakarta
bukan hanya meninggalkan rasa namun juga cerita. Berawal dari sekedar aktivitas
makan, dibarengi dengan berkumpul bersama rekan sekaligus menikmati suasana,
kemudian berlanjut menjadi ajang diskusi hingga dini hari. Pesona tradisi kuliner ini juga sudah dapat
dilihat di Bandung, Bali, dan kota-kota besar lainnya.
Diposting juga di media aloha.co.id. Link: http://www.aloha.co.id/punya-indonesia/asal-muasal-budaya-makan-lesehan-di-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar