Jumat, 25 Desember 2015

Menata Diri

gambar:yusup-doank.blogspot.com



















Dalam diam di pertengahan liburan
Kali ini pagi lebih mengerti tentang posisiku dalam peraduan
Pagi dengan sarapan semangkuk logika, yang menari diantara tanya
Ada apa?
Kuingat musim ketika semua bermekaran memenuhi diri, nyaris lupa diri
Aku tak ingin lagi
Bolehkah aku pergi sepenuhnya
Bolehkan aku membohongi diri bahwa aku benci bunga-bunga itu
Bahkan mereka tidak meninggalkan jejak
Kini aku lebih haus firman tentang keimanan dan syahdunya vertikalisasi teologi
....
Simpul iman, pasti tanpa basa-basi, dan itu terbukti logis
 Memantaskan diri
Jadi pelayan Sang Pencipta, pelayan Sang Pemilik Keabadian
Tentang ketulusan yang tak terbantahkan
Aku tidak ragu berbagi, bahkan kekanak-kanakan ku yang hanya ku adu kepada-Mu
...
Aku tidak ragu mengakui ketidak berdayaanku dan ketiadaanku
Tentang siapa aku dengan segala kelemahan
Jujur aku benci saat aku berada ditengah tertawaan
Untuk kebahagian dan teratawaan yang tidak punya tujuan, terlalu sementara
...
Aku lebih suka diam berdiskusi dalam ruang temaram
Diriku dan semangkuk logika
Itu lebih menyenangkan dibandingkan retorika tanpa makna
Aku benci tertawa, ya itu menghilangakan jati diriku
Aku lebih suka berbagi cerita biasa atau duka dan lara
Yang terluka kemudian mengering tanpa sempat berkata
Tentang perpisahan yang seharusnya tidak ada tanpa ada pertemuan
Tentang perasaan yang harus mati sebelum berkembang
...
Kalian belum melihat sepenuhnya
Tentang sudut temaram yang ada dalam titik yang nyaris diam
Terlihat statis dalam kedinamisan
Ketika logika berjalan, imajinasi merangkai kebahagian
...
Harus selalu kesadaranku mengiring diri
Bahwa kuasa Ilahi lebih menyinari diri dengan hangat
Dunia luar terlalu menyilaukan diri
Cahaya-Mu lah yang paling mengerti diriku
...
Kebahagian berbagi kasih atas nama keesaan tanpa pilih kasih
Tentang rasa yang dibimbing bijak
Tanpa ada nurani yang terinjak

Menata diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar