Rabu, 30 September 2015

Badak, Riwayatmu Kini

Badak di Indonesia, mulai dari Badak Jawa dan Sumatra populasinya terancam akibat perburuan dan habitatnya yang semakin terbatas. (Sumber gambar: fotohewan.info) 

Dari lima spesies badak di dunia, dua diantara berada di Indonesia yaitu Badak Jawa bercula satu (Rhinocros sondaicus) dan Badak Sumatra bercula dua (Dicerhorinus sumatrensis). Ironisnya, dua jenis badak tersebut masuk ke dalam daftar merah spesies yang terancam punah menurut IUNC.

Sampai saat ini, jumlah Badak Jawa berkisar 50 – 60 ekor saja, dengan daerah sebaran sekaligus wilayah konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Sedangkan, Badak Sumatra dengan jumlah berkisar 100 ekor dengan daerah sebaran dan wilayah konservasi di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas dan Kalimantan Timur.

Terancamnya populasi badak merupakan akumulasi dari perburuan cula, kuku kaki dan organ tubuh badak yang dijadikan komoditas. Terlebih lagi, kisaran harga untuk cula badak Asia termasuk di Indonesia tergolong tinggi berkisar 30.000 USD, tiga kali lebih mahal daripada badak Afrika.

Hal ini semakin diperparah karena tempat hidup badak mencakupi banyak daerah kemiskinan sehingga sulit untuk penduduk tidak membunuh binatang karena harganya yang tinggi. Seiring dengan status konservasinya yang semakin mengkhawatirkan, perlindungan dan penjagaan terhadap badak pun lebih diperketat.

Faktor penting mengenai “rumah baru” bagi konservasi badak menjadi konsentrasi terkini setelah perburuan berhasil ditanggulangi. Direktur konservasi WWF Indonesia Dr. Arnold Sitompul, melihat habitat baru badak sebagai langkah mitigasi yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan populasi badak di dunia. Beberapa wilayah beradanya Badak Sumatra seperti Pulau Sumatra dan Kalimantan rawan kebakaran lahan, ekspansi lahan perkebunan dan penebangan ilegal.

Lain lagi Badak Jawa, populasinya lebih sedikit dan peka terhadap penyakit, rentan keragaman genetik, invasi langkap, seperti sejenis tanaman palem yaitu Arenga obtusifolia yang menghalangi sinar matahari untuk menembus bagian bawah hutan. Akibatnya, sumber pangan alami badak tidak tumbuh. Belum lagi kompetisinya dengan banteng dalam memperebutkan ruang dan sumber yang jarang, serta ancaman bencana letusan Gunung Krakatau dan tsunami mengancam TNUK.

Habitat alami badak yang sebenarnya lebih menyukai dataran rendah, padang rumput basah, daerah daratan banjir besar, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai. Badak juga menyukai wilayah yang memiliki kandungan mineral tinggi untuk pemenuhan kebutuhan tubuhnya.

Namun, akibat gangguan dan perburuan oleh manusia menyebabkan badak mengalami perubahan sifat menjadi anti sosial dan dapat beradaptasi tinggal di dataran tinggi hingga di atas 2000 meter. Beberapa kawasan yang sudah diteliti dan diharapkan memenuhi kriteria menjadi solusi habitat kedua yaitu Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Hutan Baduy, dan Cagar Alam Sancang dan Cikepuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar